equityworld - PT Pertamina (Persero) harus menanggung subsidi Rp7.800 untuk setiap
liter pembelian solar subsidi. Nilai subsidi itu jauh lebih tinggi dari
harga jual solar subsidi yang sebesar Rp 5.510 per liter.
Direktur
Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan beban subsidi ini
diakibatkan harga minyak dunia yang tinggi dan berimbas pada harga BBM,
salah satunya pada BBM jenis Solar.
"Jadi, sekarang ini setiap
orang membeli per liter solar subsidi, negara itu mensubsidi Rp 7.800
per liter," ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR
RI, Selasa (29/3/2022).
Nicke menilai, beban yang ditanggung
pemerintah itu perlu diketahui masyarakat, terlebih pada kenyataannya
seringkali ada penyelewengan yang dilakukan industri besar yang tak
seharusnya mendapatkan kucuran solar subdisi.
"Jadi ini yang
perlu diedukasi ke masyarakat, sehingga sangat penting untuk kita
menjaga dari sisi permintaan agar tidak terjadi subsidi yang tidak tepat
sasaran," katanya.
"Nilai subsidinya lebih mahal dibanding harga jualnya," sambung dia.
Pemerintah
telah menetapkan kuota solar subdisi sepanjang tahun ini sebanyak 15,1
juta kiloliter (KL). Namun menurut Nicke, saat ini penyaluran solar
subsidi bahkan sudah melampaui kuota bulanan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan
catatan BPH Migas, pada Januari 2022 realisasi solar subsidi mencapai
1,34 juta KL, melebihi kouta yang ditetapkan sebanyak 1,23 juta KL. Lalu
pada Februari 2022 realisasinya mencapai 1,21 juta KL dari kouta yang
ditetapkan sebesar 1,14 juta KL.
Serta sepanjang periode 1-27
Maret 2022, realisasinya mencapai 1,20 juta KL dari kouta yang
ditetapkan sebanyak 1,11 juta KL. Sehingga secara total hingga 27 Maret
2022, realisasi penyaluran solar subsidi sudah menyentuh 3,76 juta KL.
"Walaupun
secara aturan kami tidak boleh over kuota, tetapi mempertimbangkan
peningkatan mobilitas dan logistik bagi masyarakat, apalagi jelang bulan
Ramadhan dan Idul Fitri, maka kami menaikkan (jumlah distribusi solar
per bulan)," tukasnya.
Sebelumnya, Pjs Corporate Secretary
Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mengungkapkan salah satu penyebab
langkanya BBM jenis solar subsidi di beberapa daerah. Salah satunya
adanya penyelewengan harga solar subsidi.
Dia menjelaskan, penyelewengan tersebut terjadi karena harga solar subsidi yang jauh dibanding harga BBM Solar non subsidi.
"Ini
juga disebabkan karena ada disparitas harga antara harga BBM Subsidi
dan harga BBM.Non subsidi. Sehingga ada oknum yang mengambil keuntungan
dalam kondisi seperti ini," ujarnya, Senin (28/3) lalu.
Sumber : Pasardana, Investing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar